Artikel lain

Jumat, 11 Februari 2011

Mengenalkan Kembali Teknologi Lama

Berasal dari kampung mungkin juga ada pengaruhnya bagi saya dalam menentukan apa yang penting untuk anak-anak ketahui. Berkolaborasi dengan pengetahuan-pengetahuan baru setelah mulai berinteraksi dengan teman-teman aktivis lingkungan, bersinergi pula dengan minat besar terhadap dunia tumbuhan dan kesehatan alami, saya melihat bahwa banyak teknologi sederhana warisan orang-orang tua jaman dulu yang tak boleh dilupakan dan bahkan tetap harus dikenalkan pada generasi sekarang. Alasannya, karena teknologi 'jadoel' itu justru lebih ramah lingkungan, lebih bersahabat terhadap alam.

Pengomposan dengan cara paling murah, misalnya. Tak perlu bahan baku yang aneh-aneh, jika kita masih punya tanah kosong di halaman sekitar 1x1 meter, sampah organik bisa langsung ditampung pada lubang yang kita buat di sana. Setelah penuh bisa ditutup, menunggu sampai sempurna menjadi kompos dan kita buat lagi lubang dengan ukuran yang sama di area berbeda secara bergilir. dan kalau tak punya lahan kosong lagi, kita bisa memakai model sederhana lainnya seperti penggunaan keranjang takakura.

Saya juga mulai kenalkan pada anak-anak 'spons' alami dari sabut kelapa. Dulu, ketika saya masih kecil, memang sabut kelapa-lah yang biasa dipakai mencuci piring, selain juga daun bambu yang diremas-remas. Mungkin dulu dipilih karena tak ada pilihan lain, namun sekarang, saya memlihnya karena sabut kelapa jauh lebih ramah lingkungan ketimbang spons busa buatan pabrik. Sabut kelapa akan terurai di tanah dengan mudah setelah jadi sampah, sedangkan spons busa butuh waktu lama.

Menggunakan minyak kelapa buatan sendiri. Banyak orang sekarang menjadikan minyak kelapa asli sebagai obat. Produk sudah diberi botol khusus dan merek. Di rumah, kita bisa membuatnya sendiri dan motivasinya sudah berbeda.Membuat minyak kelapa sendiri berarti akan mengurangi sampah plastik kemasan minyak goreng yang begitu cepat menumpuk dari minggu ke minggu.

Bumbu masak, cukup gunakan bawang putih dan bawang merah sebagai penyedap masakan, ditambah daun-daun dan rimpang bumbu yang bisa kita tanam di pekarangan. Hal itu banyak mengurangi penumpukan sampah plastik kemasan dan juga sampah toxic dalam darah kita. Bukankah zat kimia dalam penyedap rasa juga tak terelakkan masuk ke dalam tubuh kita saat kita menyantapnya bersama makanan. Kalau anak-anak tidak dikenalkan pada bumbu-bumbu alami, pastinya mereka hanya akan tahu bumbu instan saja, yang memperolehnya cukup dengan memiliki uang.

Menanam sendiri beberapa jenis sayuran adalah program saya untuk anak-anak. Terkandung 2 pelajaran dalam kegiatan ini:

1. Anak-anak bisa belajar tentang esensi kebutuhan hidup. Kalau orang bekerja untuk mendapat uang dan uang dibelanjakan untuk membeli bahan makanan, maka mengapa harus mati-matian tanpa kenal waktu untuk mencari uang jika sebagian kebutuhan pokok bisa diproduksi sendiri (setidaknya mereka tidak lagi menjadi sangat bergantung pada ketersediaan uang untuk merasa hidup);

2.Tentu saja tentang lebih sehatnya sayuran hasil tanam sendiri. Dengan menanam sendiri kita bisa memilih tidak memakai pestisida kimia dan juga pupuk buatan. Sebagaimana kita tahu, pestisida, walaubagaimanapun adalah racun dan pupuk kimia juga mengandung zat yang tidak alami.

Mengenalkan dan mengkonsumsi obat-obatan alami dan mengurangi pemakaian obat kimia. Setiap kali di antara kami mengalami gejala sakit, saya selalu mendahulukan penggunaan obat dari tetumbuhan yang kami tanam atau obat-obatan herbal siap pakai untuk persediaan. Karena hampir 3 tahun lebih konsisten seperti itu, alhamdulillah anak-anak juga jadi terbiasa, dan sangat-sangat jarang dan malah nyaris tak pernah lagi bertemu dokter ketika sakit. Saya yakin hal itu juga dipengaruhi oleh sugesti positif mereka yang lambat laun tumbuh.

Target saya selanjutnya adalah mencoba memproduksi sabun, pasta gigi, dan sampho alami. Berharap, dengan begitu makin sedikit ketergantungan kami pada pabrik dan makin sedikit kami memproduksi sampah plastik yang jelas-jelas tak bisa diurai dengan mudah.

Teknologi lama, tak ada salahnya dibangunkan kembali. Dan yakinlah akan berguna dua kali lipat di zaman yang penuh masalah lingkungan seperti saat ini.


1 komentar:

KalilaKaysan mengatakan...

Setuju Mba Maya...
Sangat terinspirasi dengan percakapan Mba Maya dan Mba Ira di FB

Pengen bikin sendiri semuanya dan mengurangi ketergantungan terhadap pabrik sekaligus mengurangi sampah plastik.

Tentang Saya

Saya, ibu dua anak. Anak-anak saya tidak bersekolah formal. Blog ini berisi pemikiran, hasil belajar, dan beberapa pengalaman.

Jika Anda menggunakan tulisan di blog ini sebagai referensi: (1) HARAP TIDAK ASAL copy paste, (2) Selalu mencantumkan link lengkap tulisan. Dengan begitu Anda telah berperan aktif dalam menjaga dan menghargai hak intelektual seseorang.