Artikel lain

Kamis, 18 Maret 2010

Anak Usia Dini dan Komputer


Belajar menggunakan komputer di usia dini. Beberapa orang tua mungkin kurang setuju dan justru menundanya. Beberapa alasan penundaan adalah karena takut anak ketagihan dan jadi kurang banyak bergerak.

Tapi bagi keluarga kami, komputer justru sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan belajar. Luqman (5,5 tahun) yang senang menggambar terakomodasi dengan program corel draw. Hanya dengan mengajari sedikit pengetahuan teknis, ia terus berkreasi sendiri. Hobinya adalah menggambar aneka dinosaurus. Adapun kakaknya, Azkia (7,5) tahun, menggunakan komputer untuk menuliskan gagasan, cerita-cerita, atau apapun yang ingin ditulisnya. Mereka berdua punya folder sendiri-sendiri.

Selain itu, komputer juga jadi sarana menonton CD/DVD film-film kesukaan mereka atau sesekali bermain game edukatif dari internet. Kami sengaja tidak menyediakan TV khusus di rumah. Kalaupun mau sesekali menonton, kami hanya memiliki TV tuner yang tersambung ke monitor komputer.

Tentang rasa khawatir mereka ketagihan, sampai saat ini kami tidak melihat gejala itu. Bergerak dan beraktivitas di luar tetap jauh lebih banyak durasinya dibandingkan berada di depan komputer.

Satu hal yang menarik, mereka belajar tanpa tutorial khusus. Mereka belajar hanya dengan banyak melihat kami (orang tuanya) bekerja. Tak terasa, kemampuan menggunakan komputer mereka jauh sekali dibandingkan saya pada saat sudah menginjak semester 8 kuliah. Saya kira, anak-anak sekarang memang diuntungkan dengan teknologi yang semakin mudah dan canggih, dan hampir semua anak sangat cepat belajar dengan bantuan teknologi.

Rabu, 03 Maret 2010

Petugas Cilik Taman Bacaan

Alhamdulillah, taman bacaan atau lebih tepatnya tempat peminjaman buku yang kami buka tetap diminati anak-anak. Dalam seminggu bisa 2 atau 3 kali anak-anak tetangga datang meminjam dan mengembalikan buku.

Karena kadang-kadang saya sedang ada pekerjaan, beberapa kali saya serahkan tugas mencatat pengembalian dan peminjaman pada Azkia (7,5 tahun). Hal itu sekalian untuk memperlancar kemampuan menulisnya.

Akhir-akhir ini, seperti sudah menjadi rutinitas, Azkia dengan senang hati tetap menjalankan tugas itu meski saya tidak sedang sibuk. Dan teman-temannya pun sudah mulai biasa dengan pengalihan tugas itu. Belajar dari praktik ini semoga ada gunanya. Tidak bersekolah formal, anak-anak bisa jadi apa saja, termasuk jadi petugas cilik taman bacaan :D

Mengusir Kutu Daun

Eksperimen nih. Daun tanaman terung ungu kami, baik yang ditanam di polybag maupun di tanah kebun, semuanya bolong-bolong. Setelah diperiksa, ternyata banyak sekali kutu daun bersarang di sana.

Beberapa hari yang lalu kami coba pestisida dari bawang putih yang dicampur cuka. Setelah dihaluskan dan dicampur air, lalu disaring dan dimasukkan ke dalam botol penyemprot bekas cairan pembersih kaca.

Luqman yang ingin menyemprot. Dan jadilah ia menyemprot dengan asyik daun-daun terung itu. Sambil berkesperimen, sekalian menyalurkan gairah bermain semprotan :). Belum tahu, apakah ini cukup efektif, karena setelah itu kami disibukkan dengan perjuangan melawan dan bertahan dari serangan flu dan kegiatan lain. Setelah waktu longgar nanti, eksperimen akan diteliti lagi tingkat keberhasilannya. Akankah sang kutu terusir? Ataukah malah betah bersarang di daun dan melahapnya dengan rakus? Kita lihat saja nanti :D

Tentang Saya

Saya, ibu dua anak. Anak-anak saya tidak bersekolah formal. Blog ini berisi pemikiran, hasil belajar, dan beberapa pengalaman.

Jika Anda menggunakan tulisan di blog ini sebagai referensi: (1) HARAP TIDAK ASAL copy paste, (2) Selalu mencantumkan link lengkap tulisan. Dengan begitu Anda telah berperan aktif dalam menjaga dan menghargai hak intelektual seseorang.