Artikel lain

Kamis, 14 April 2016

Novel vs Buku Akademik

Setiap kali bepergian, anak-anak kemungkinan besar akan membawa beberapa buku untuk dibaca di perjalanan. Tidak selalu buku baru, seringnya malah buku lama yang mereka baca ulang entah untuk ke berapa kali. Tapi kemarin (Kamis, 16 April 2016) ada sedikit anomali. Kalau biasanya Luqman baca buku-buku ringan dari jenis komik, saya lihat ia tengah serius banget memegang sebuah novel agak tebal. Terdengarlah celotehan, "Duh, jadi hoyong ceurik ini mah,".

"Memangnya baca buku apa, De?" tanya saya. "Hafalan Sholat Delisa." "Menghanyutkan ini mah bukunya," ujarnya lagi. Meski ia sudah menonton kisah versi film, baca bukunya tetap lebih membekas ternyata.

Berandai-andai, baca buku pelajaran akademik bisa hanyut seperti baca novel. Entah siapa yang harus diubah, pembacanya atau bukunya, atau biarkan saja begitu adanya sebagai sebuah ciri khas :).

Tentang Saya

Saya, ibu dua anak. Anak-anak saya tidak bersekolah formal. Blog ini berisi pemikiran, hasil belajar, dan beberapa pengalaman.

Jika Anda menggunakan tulisan di blog ini sebagai referensi: (1) HARAP TIDAK ASAL copy paste, (2) Selalu mencantumkan link lengkap tulisan. Dengan begitu Anda telah berperan aktif dalam menjaga dan menghargai hak intelektual seseorang.