Artikel lain

Senin, 24 Maret 2008

Belajar Lewat Reuni

Sabtu, 22 Maret yang lalu, saya menyempatkan diri untuk menghadiri reuni di almamater saya Fakultas Sastra UNPAD. Sebenarnya acara itu bentrok dengan acara pertemuan komunitas homeschooling. Saya memilih pergi ke acara reuni, karena moment itu memang langka dan tak mungkin terulang dalam waktu satu atau dua tahun ke depan. Sekalian bersilaturahim dengan teman-teman lama, saya juga berharap bisa menghadirkan suasana berbeda pada puteri saya. Supaya dia juga belajar hal baru dari acara itu.


Sepanjang acara berlangsung saya terus memperhatikan respon anak saya. Sampai sekarang dia tidak saya masukkan ke taman kanak-kanak yang biasa ramai. Sempat khawatir juga, kalau-kalau dia tidak nyaman di tempat yang dipenuhi banyak orang seperti itu. Tapi syukurlah, ternyata dia bisa beradaptasi. Penampilan beberapa kesenian tradisional Sunda, Jepang, dan Jerman dia tonton dengan takjub. Malah, dia sempat berfoto dengan gadis berpakaian tradisional Jepang, melihat-lihat boneka matryoshka khas Rusia yang sebelumnya hanya bisa dia lihat di buku. Saya juga kenalkan dia dengan teman dan dosen saya, sekaligus mempraktekkan langsung kegiatan bersosialisasi.

Acara terganggu oleh hujan lebat, tapi anak saya bisa bertahan sampai akhirnya hujan reda dan kami pulang. Sebelum keluar dari area kampus, saya mengajak dia berjalan-jalan melihat ruangan tempat saya dulu biasa kuliah. Saya tidak tahu apa yang ada di pikirannya, tapi saya yakin pasti dia belajar sesuatu di sana.

Kamis, 13 Maret 2008

Tanaman Obat untuk Keadaan Darurat

Setiap keluarga biasanya menyediakan kotak P3K untuk mengantisipasi terjadinya kondisi darurat, seperti terluka karena benda tajam, terbentur, demam, diare, mual-mual, atau masuk angin.Keadaan yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah luka berdarah, gatal-gatal, dan memar karena benturan. Sekalian membuat anak-anak akrab dengan tanaman obat, saya menyediakan tanaman khusus untuk keperluan itu. Hasilnya ternyata lebih memuaskan daripada obat-obatan kimia.

Tanaman-tanaman itu di antaranya daun sirih, bandotan, dan sambiloto. Untuk luka terbuka yang mengakibatkan keluarnya darah, daun sirih dan bandotan sangat efektif. Kita hanya perlu mencucinya lalu menumbuknya segera sampai halus. Bahan yang sudah halus itu bisa langsung dipakai untuk menutup luka. Ikat dengan kain kasa dan diamkan. Kalau lebih darurat lagi dan tidak ada alat penumbuk, kita bisa mengunyahnya (setelah dicuci) untuk menghaluskan dua jenis tanaman itu. Hasilnya, dalam lima menit darah akan berhenti keluar dan rasa sakitnya pun hilang dalam sekejap.

Adapun untuk gatal-gatal yang disebabkan kuman, air rebusan daun sambiloto yang masih hangat sangat manjur untuk menghentikannya. Akan lebih baik jika bagian yang gatal direndam sebentar. Kalaupun tidak, cukup mencampurkannya dengan air mandi anak-anak dan disiramkan merata ke seluruh tubuh mereka saat mandi.

Sementara itu, untuk luka memar, kita bisa sediakan selalu lengkuas atau jahe. Kedua jenis rimpang ini efektif mengempiskan memar dan menghilangkan rasa sakitnya. Kita hanya perlu mememarkan salah satu rimpang tersebut lalu tekankan sedikit pada bagian yang terbentur selama lima menit. Insya Allah benjolan akibat benturan tak akan lagi terlihat.

Selamat mencoba.

Senin, 03 Maret 2008

Membuat Kebun Herbal Mini


Beberapa waktu lalu saya pernah memposting tentang kegiatan memperkenalkan tanaman obat bagi anak-anak. Supaya anak-anak semakin dekat dan kenal ciri-ciri fisik setiap tanaman, saya mencoba menanamnya di dalam pot, terutama tanaman dan aneka rimpang yang terbilang agak langka, seperti lempuyang, kunyit hitam, jahe merah, bangle, temulawak, dan sambiloto.

Sekarang tanaman-tanaman itu sudah mulai tumbuh dan spesifikasi daunnya mulai terlihat. Supaya mempermudah anak-anak mengingat setiap tanaman, saya memasang namanya di atas karton agak tebal yang dilapisi plastik. Papan nama itu dilubangi dan diikatkan ke bibir pot yang juga sudah diberi lubang. Tentu saja hal itu dimaksudkan agar anak lelaki saya yang masih 3,5 tahun tidak bisa mencabutnya dengan sembarangan.

Kalau mau mencoba membuat kebun herbal mini di rumah, kita bisa pergi ke tukang obat-obatan herbal di pasar tradisional dan membeli benihnya. Mereka cukup senang hati untuk menjelaskan kepada kita tentang setiap tanaman, kalau kita mau bertanya.

Silakan mencoba! Saya yakin, mempopulerkan tanaman obat pada anak-anak akan besar manfaatnya bagi mereka. Bukan tidak mungkin, suatu hari nanti, obat-obatan herbal akan benar-benar menjadi andalan untuk menangani berbagai penyakit dengan tingkat resiko yang lebih kecil. Bahkan kita sebagai orang tua pun bisa ikut belajar bersama mereka. Terlebih bagi saya yang ternyata belum begitu tahu banyak tentang jenis tanaman obat, padahal usia sudah setua ini.

Salam pendidikan!

Minggu, 02 Maret 2008

Saatnya Pendidikan Menjadi Lebih Kontekstual

Betapa mendesaknya menghubungkan pendidikan dengan dunia nyata. Saya makin yakin dengan hal itu setelah dua bulan terakhir saya berjibaku dengan sebuah pekerjaan serius. Pekerjaan yang membuat saya hampir 'tumbang', terutama secara psikis. Pekerjaan itu adalah menyusun buku untuk anak-anak.

Saya tidak merasa kompeten untuk menulis naskah buku anak, tapi saya tertantang untuk mencobanya. Pengalaman paling berharga ketika mengerjakan itu adalah timbulnya perasaan bertanggung jawab terhadap bahan bacaan anak-anak dan empati terhadap para penulis buku anak. Betapa tidak mudahnya membuat bacaan bermutu bagi anak-anak. Ketika pendidikan di sekolah terlalu teoritis dan anak-anak lebih banyak tak mengerti apa yang hendak dicapai dari semua teori yang diajarkan pada mereka. Pe er yang jumlahnya kini semakin banyak belum tentu membuat mereka mengerti tentang esensi belajar. Tugas-tugas hanya menjadi beban yang kemudian dilupakan setelah hasilnya diserahkan kepada guru. Buku di luar sekolah semestinya menjadi angin segar yang membuat sesuatu yang awalnya tak menarik menjadi menarik untuk dipelajari, yang awalnya tampak tak ada tujuannya, menjadi jelas tujuannya. Walau bagaimanapun visi adalah titik yang penting untuk dimiliki agar memberikan daya dorong untuk belajar.

Untuk apa belajar sejarah? untuk apa belajar matematika? untuk apa belajar bahasa? untuk apa belajar geografi? Semua pelajaran itu nampak tak menarik ketika kita dan juga anak-anak tak tahu manfaat yang ada di dalamnya dan tak melihat ada tautan penting antara bahan ajar dengan dunia nyata.

Motivasi anak pasti akan jauh meningkat ketika mereka diajak untuk melihat hal-hal praktis dan menemukan hubungan antara hal praktis itu dengan teori. Sebelum anak-anak diajarkan tentang medan magnet, akan lebih menarik jika mereka disuguhi keunikan magnet secara langsung, misalnya bagaimana magnet dalam kapasitas besar bisa mengangkat sebuah mobil dan memindahkan mobil itu ke tempat lain tanpa harus merepotkan manusia.

Begitu pula tentang pelajaran organ tubuh manusia, hal pertama yang harus disuntikkan pada anak-anak adalah manfaat mempelajari hal itu. Misalnya saat mempelajari tentang ginjal, pelajaran bisa diawali dengan mengaitkan antara kebutuhan minum 8 gelas sehari dengan kesehatan ginjal. Tanpa air yang memadai, ginjal akan mengalami kesulitan untuk melakukan proses pembuangan sisa kotoran karena terjadi penumpukkan. Akibatnya, sisa kotoran itu mengkristal dan membuat penderita penyakit ginjal sulit untuk buang air kecil dan menimbulkan efek sakit yang luar biasa pada kandung kemih. Pelajaran tentang cara kerja ginjal pun akan bergulir menarik.

Seandainya saja, para praktisi dari berbagai bidang ilmu di negeri kita mau menjawab tantangan pendidikan dengan menelurkan buku-buku kontekstual bagi anak-anak, suasana pembelajaran menjadi lebih berwarna dan berdaya guna bagi kehidupan.

Tentang Saya

Saya, ibu dua anak. Anak-anak saya tidak bersekolah formal. Blog ini berisi pemikiran, hasil belajar, dan beberapa pengalaman.

Jika Anda menggunakan tulisan di blog ini sebagai referensi: (1) HARAP TIDAK ASAL copy paste, (2) Selalu mencantumkan link lengkap tulisan. Dengan begitu Anda telah berperan aktif dalam menjaga dan menghargai hak intelektual seseorang.