Artikel lain

Jumat, 31 Desember 2010

Belajar Menyulam

Mengawali tahun 2011. Bismillah. Ingin lebih banyak menulis, merekam banyak peristiwa kehidupan supaya pelajarannya bisa diambil. Salah satunya adalah kegiatan anak-anak pada akhir Desember 2010.

Mengalir. Mungkin agak tepat mewakili gambaran aktivitas belajar kami. Meskipun saya tak sepenuhnya setuju dengan kata 'mengalir' jika konotasinya tak tentu tujuan, namun mengalir dengan membawa visi, jelas itu sangat menyenangkan.

Saya punya cita-cita, anak-anak tetap memiliki keterampilan 'klasik'seperti menyulam, menjahit, menganyam, merajut, dan sejenisnya. Kini sedikit orang masih menganggapnya penting,namun bagi saya hal itu tetap dibutuhkan supaya peninggalan budaya tak punah begitu saja. Apalagi, sebenarnya menurut saya aktivitas semacam itu jauh lebih bermanfaat daripada anak-anak keluyuran tak tentu di luaran. Mudah-mudahan akan menjadi bekal alternatif bagi anak-anak dalam melewatkan masa remajanya nanti.

Alhamdulillah, perlahan-lahan, meski awalnya tak terlalu tertarik, Azkia dan Luqman mulai mau belajar menyulam. Nenek mereka yang sedang bersama kami menjadi sumber belajar yang penuh kasih sayang. Usai nenek mengajar anak-anak anggota perpustakaan yang juga antusias belajar menyulam, anak-anak kami mengambil sisa waktu setelahnya di saat senggang.

Keterampilan klasik lainnya secara bertahap mudah-mudahan bisa juga mereka pelajari. Selain menjadi terapi kesabaran dan ketelitian, keterampilan klasik menurut saya bisa melembutkan jiwa, membuat anak-anak lebih terlatih mengontrol dirinya. Karena itulah, saya tak hanya menstimulus anak perempuan saya untuk mempelajari keterampilan ini, tapi juga anak laki-laki saya. Toh dia tetap tak kehilangan identitas gender-nya dengan melakukan kegiatan ini. Ia tetap bersepeda, memanjat, main bola. Keterampilan dipilah-pilah berdasarkan gender sudah bukan zamannya lagi.

Mudah-mudahan semua usaha ini tak sia-sia. Dan kita semua tahu, pendidikan bukanlah pekerjaan yang setahun atau dua tahun bisa diperoleh hasilnya. Pendidikan adalah proses panjang. Semoga saya tetap konsisten. Amin.

Rabu, 22 Desember 2010

Jalan Pagi

Olah raga itu penting, karena itulah mungkin olah raga dijadikan salah satu mata pelajaran di sekolah. Sayang, semasa sekolah dulu saya dan sebagian besar teman-teman di kelas tidak terlalu menyukai pelajaran ini. Apalagi kalau jam pelajaran olah raga pas kebetulan di jam 10 ke atas, di mana matahari sudah mulai naik. Suasana jadi tak nyaman. Panas, itu sudah pasti. Berolah raga ya karena terpaksa takut nilai di rapor jadi jelek.

Semua itu terjadi di masa lalu. Saat kini saya menjalankan pendidikan di rumah, di mana waktu beraktivitas bisa diatur sendiri, maka jalan pagi adalah olah raga murah yang agak sering saya lakukan bersama anak-anak dibandingkan olah raga lainnya. Anak-anak memang akan bersepeda sampai siang baik ada ataupun tak ada acara jalan kaki. Namun saat jalan pagi adalah saat yang istimewa. Ketika itulah ada unsur rekreasi, belajar, menjauhkan pandangan untuk kesehatan mata, dan mencari benih-benih tumbuhan.

Beberapa acara jalan pagi kami tidak semua terekam di blog ini, tapi sekedar mengingatkan diri sendiri, hasil jalan pagi kini sudah terlihat. Azkia (8 tahun) sekarang jadi kuat berjalan jauh, begitu juga Luqman (6 tahun). Anak-anak juga jadi peka dengan tetumbuhan atau segala sesuatu yang unik di perjalanan. Selain itu, beberapa tanaman yang kami temukan benihnya di perjalanan, kini sudah mulai tumbuh. Ada pohon kersen yang benihnya kami ambil dari selokan; dahlia mulai berbunga, bunga kenikir/cosmos 3 warna sudah mampu mengundang serangga bertamu ke pekarangan, tanaman tekokak dari selokan tumbuh tinggi hampir berbunga. Begitulah sepanjang tahun ini acara jalan pagi memberi manfaat buat kami.

Catatan terbaru jalan pagi kami adalah tanggal 22 Desember 2010. Setelah berkali-kali menunjukkan tumbuhan yang akarnya berbau seperti balsam, saya ajak anak-anak mencabut tumbuhan itu di sepanjang jalan yang kami temui. Menunggu saat lapang saya ingin mencoba mengajak anak-anak 'meneliti' tanaman tersebut. Sungguhkah itu memang tanaman yang jadi bahan dasar balsam?? Bahkan saya juga penasaran ingin tahu ^_^.

Jalan pagi, meski melewati jalanan yang hampir sama, kami menemukan hal-hal baru yang berbeda. Karena itulah, akan coba kami pertahankan itu sebagai sarana belajar murah yang menyehatkan. Sekalian sebagai 'pelajaran; olah raga. ^_^



Senin, 20 Desember 2010

Mendekatkan Anak dengan Al Quran

Sebenarnya saya tidak pe de menulis soal ini karena saya pun masih belajar untuk menghidupkan rumah dengan Al-Quran. Terlebih lagi dalam hal mempraktikkan akhlaq Quran, waah, jauh sekali! Saya masih belepotan. Akan tetapi, tentunya bukan berarti harus menyerah. Tetap saja kami sebagai seorang muslim berkewajiban untuk membuat anak-anak mengenal, tertarik, dan menyukai kitab sucinya.

Selain merutinkan belajar setiap ba'da Maghrib, saya coba menggunakan media-media lain, seperti buku, film, dan memasang kembali poster-poster yang bertemakan Al-Quran. Kumpulan poster berisi nama-nama surat dalam Al-Quran berikut artinya saya simpan juga di sini. Poster tersebut berukuran A4 dalam format PDF. Anda yang membutuhkan poster-poster tersebut bisa mengunduhnya tanpa meminta ijin terlebih dulu.

Belajar hafalan Quran dengan metode isyarat juga kami coba. Memang masih bolong-bolong, tapi kami tetap menyimpan niat untuk melanjutkannya. Insha Allah. Mudah-mudahan diberi kemudahan untuk konsisten.

Yang paling penting, tetaplah memiliki keinginan untuk dekat dengan Quran, walau tantangannya mungkin tak terbilang. Mudah-mudahan Allah SWT meneguhkan setiap niat baik dan memberi kita kekuatan untuk istiqomah mengusahakannya. Amin.


Minggu, 12 Desember 2010

Menonton Film bersama YPBB dan Museum Care

Minggu, 12 Desember 2010. YPBB (Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi) bekerja sama dengan Museum Care dan Museum Geologi menyelenggarakan acara yang bertajuk Markinon (Mari kita nonton), dan menayangkan film dokumenter berjudul Addicted to Plastic: The Rice and Demise of The Modern Miracle. Kami sekeluarga menghadiri acara tersebut, sekalian bertemu teman-teman sesama praktisi Home-Education(HE).

Kami memang terlambat datang, tapi sekilas pada scene-scene terakhir alhamdulillah ada pesan yang bisa kami tangkap. Film ini menjelaskan tentang zat-zat apa saja yang terkandung dalam plastik dan prediksi-prediksi jika plastik akhirnya dibuang menjadi sampah, baik ketika tertimbun tanah maupun dibakar. Zat-zat beracun yang terkandung di dalamnya bisa mencemari lingkungan. Jika zat itu ikut larut dalam makanan/minuman yang kita konsumsi atau asap hasil pembakarannya terhirup, dampak bagi tubuh manusia juga ternyata tidak main-main. Beberapa di antara akibat racun plastik adalah kemandulan bagi pria dan memicu munculnya sel kanker.

Film ini secara umum bertujuan agar kita jadi lebih bijak menggunakan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Sekalipun dalam banyak hal kita membutuhkannya namun sesungguhnya tetap memiliki alternatif lain untuk mengurangi jumlahnya. Misalnya saja:
1. Kita bisa mengurangi pembelian minuman dan makanan yang memakai kemasan plastik sekali pakai dan menggantinya dengan wadah yang bisa dipakai secara berulang.
2. Kita bisa mengurangi penggunaan kresek dan membawa tas belanja sendiri dari rumah.
3. Kita bisa mendaur atau memakai ulang beberapa sampah anorganik.

Ada satu sindiran kecil di bagian akhir film itu, "Yang paling banyak menghasilkan sampah adalah orang-orang kaya (baca: berpenghasilan cukup tinggi dan menjadi konsumen produk-produk instan), namun yang menerima dampaknya adalah orang-orang miskin yang tinggal di sekitar TPA.

Terkait pendidikan rumah, buat saya pengetahuan dan pembiasaan hidup pro lingkungan adalah pe er buat kami. Sedang terus belajar untuk bergaya hidup zero waste dan menularkannya sejengkal demi sejengkal dengan cara yang kami bisa.

Saya berterima kasih kepada YPBB dan Museum Care serta Museum Geologi yang sudah menyelenggarakan acara ini. Berharap mendapat copy film-nya untuk diputar di lingkungan komplek kami, minimal oleh anak-anak member perpustakaan ^_^.



Tentang Saya

Saya, ibu dua anak. Anak-anak saya tidak bersekolah formal. Blog ini berisi pemikiran, hasil belajar, dan beberapa pengalaman.

Jika Anda menggunakan tulisan di blog ini sebagai referensi: (1) HARAP TIDAK ASAL copy paste, (2) Selalu mencantumkan link lengkap tulisan. Dengan begitu Anda telah berperan aktif dalam menjaga dan menghargai hak intelektual seseorang.