Artikel lain

Minggu, 21 Oktober 2007

Waspadai Lingkungan Anak-Anak Kita!


Mendidik anak ternyata tak sesulit onta masuk ke lubang jarum, namun juga tak semudah membalikkan telapak tangan. Satu hal yang membuat pendidikan menjadi mudah, karena kunci utamanya ternyata hanyalah keteladanan; namun hal itu menjadi sulit, karena menjadi teladan berarti berjuang untuk mengubah kebiasaan.

Ingin anak-anak suka membaca, maka rajinlah membaca; ingin anak-anak suka mengaji, maka rajinlah mengaji; ingin anak-anak bersikap lemah lembut, jadilah orang yang lembut; ingin anak-anak bersikap sabar, maka jadilah seorang penyabar. Semua berawal dari contoh, semua berawal dari kebiasaan orang tua.

Beberapa hari terakhir ini, saya merasa sangat miris membaca berita di surat kabar. Pasca Ramadhan, peristiwa-peristiwa kriminal, amoral, dan KDRT ternyata tak berhenti walau barang sejenak. Paling menyedihkan, ketika hal itu menimpa anak-anak.

Peristiwa pelecehan seksual yang dilakukan ayah kandung ataupun ayah tiri kepada anaknya dan bahkan anak-anak berusia belia terhadap teman atau anak-anak berusia di bawahnya nampak agak sering menjadi bahan pemberitaan.

Hasil penelusuran menunjukkan bahwa banyak dari peristiwa tersebut diawali oleh kebiasaan orang tua yang senang menonton dan menyimpan VCD “dewasa” di rumah. Siapakah yang bisa disalahkan? Jelas tidak adil jika kesalahan ditimpakan kepada anak-anak, karena mereka tidaklah mengerti hingga orang dewasa memberi mereka contoh. Bahkan mungkin mereka pun tidak mengerti ketika mereka melakukannya, karena mereka hanya meniru.

Sangat-sangat mengkhawatirkan moral anak-anak kita jika sebagai orang tua, kita tak mampu memberikan teladan yang baik. Rumah adalah pintu pertama bagi seorang anak untuk mengenal kehidupan. Jika rumah tak bisa menjadi miniatur masyarakat yang baik, maka apa jadinya anak-anak kita jika mereka berada di luar rumah, yang juga semakin “tak ramah” sebagai sebuah lingkungan pendidikan.

Beberapa orang tua begitu ketatnya menjaga akhlak anak-anaknya. Namun pergaulan di luar rumah memungkinkan anak-anak tetap berinteraksi dengan mereka yang berperilaku buruk. Oleh karena itu, sesungguhnya orang tua tak boleh merasa aman membiarkan anak-anak berada di luar rumah tanpa pengawasan yang intensif. Setidaknya orang tua harus tahu dengan siapa anak-anaknya bergaul dan bermain. Karena jangan salah, perilaku amoral bahkan sudah bisa dilakukan anak-anak usia TK sekalipun atau bahkan oleh orang-orang dekat yang kita percayai. Waspada lebih baik daripada menyesal.

Tidak ada komentar:

Tentang Saya

Saya, ibu dua anak. Anak-anak saya tidak bersekolah formal. Blog ini berisi pemikiran, hasil belajar, dan beberapa pengalaman.

Jika Anda menggunakan tulisan di blog ini sebagai referensi: (1) HARAP TIDAK ASAL copy paste, (2) Selalu mencantumkan link lengkap tulisan. Dengan begitu Anda telah berperan aktif dalam menjaga dan menghargai hak intelektual seseorang.