Artikel lain

Selasa, 24 Februari 2009

Mengenal Tumbuhan Liar

Beberapa waktu lalu, kami sekeluarga berjalan-jalan ke pesawahan di belakang komplek. Meski judulnya jalan-jalan, tapi banyak hal anak-anak dapatkan dan pelajari dari kegiatan itu, dan salah satunya adalah menemukan banyak jenis tumbuhan liar yang berkhasiat obat.

Mungkin karena saya sering melihat-lihat koleksi buku tanaman obat di rumah, tanpa sadar anak-anak juga meniru kebiasaan saya. Setidaknya, mereka juga mulai tertarik menanyakan nama tumbuhan apapun yang mereka temukan di halaman.

Nah, perjalanan ke sawah ini menjadi ajang belajar yang menakjubkan menurut saya. Tumbuhan liar ada di mana-mana: Bandotan, patikan kebo, pecut kuda, sinyo nakal, pegagan, dan bahkan kami temukan ketepeng cina di tengah pematang sawah.

Meskipun saya tahu, anak-anak sedikit takut berjalan di pematang sawah yang licin, terlebih yang lebarnya kecil, tapi saya juga melihat mereka bahagiaaaa sekali. Dan saya lebih senang ketika mereka langsung memburu buku lagi untuk melihat profil lengkap tanaman yang kami temui di perjalanan. Karena membawa kamera saku, lumayan lah ada dokumentasi.

Kalau dulu semasa SMA saya mesti menulis dan menghafal nama-nama jenis tumbuhan, lengkap dengan ordo, spesies, dan lain-lainnya supaya bisa mengisi titik-titik saat ujian, sekarang anak-anak saya yang masih belum genap tujuh tahun justru mencari tahu informasi tentang tumbuhan karena mereka memang tertarik untuk tahu.

Tak heran, kan kalau kemudian salah satu permainan mereka sekarang adalah menanam tumbuhan liar. Dan suatu hari saya lihat ada sekuntum bunga Ki Tolod yang berwarna putih tertancap tanpa akar dan daunnya di salah satu bedengan sawi. Dengan bangga Luqman berkata, "Mama, tadi Ade menanam Ki Tolod. Jangan dicabut ya!"

Belajar Bersama
Tanggal 8 Februari lalu, sebenarnya Komunitas Belajar Bersama bermaksud untuk mengadakan pertemuan rutin dengan tema tersebut, tapi sayang cuaca sedang kurang bersahabat. Angin kencang melanda Tanjungsari.

Tapi Insya Allah, Minggu (1/3/2009) jadwal baru sudah disepakati. Teman-teman kami tercinta pun ternyata bisa menyempatkan datang. Tunggu "laporannya" ya :)

Jumat, 20 Februari 2009

"Sekolah" Masa Depan

Mungkin sudah yang ke sekian kalinya hal ini saya katakan: Betapa banyak inspirasi tentang pendidikan menjejali imajinasi saya gara-gara membaca buku Revolusi Cara Belajar. Oleh karena itu pula tak ada habisnya saya ingin ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait di penerbit Mizan yang telah mempersembahkan buku inspiratif ini kepada pembaca di negeri ini, termasuk saya.

Malam ini, saat saya membuka-buka lagi halaman-halaman buku tersebut, saya menemukan paragrap tentang Dr.Pat Nolan. Beliau adalah seorang dosen senior bidang pendidikan dari Universitas Massey di Pinggiran Palmerston North- New Zealand. Pat Nolan menggabungkan rasa cintanya pada pendidikan dengan kecintaan untuk mengeksplorasi alam Selandia Baru: Sungai jernih, hutan, gunung es, dll.

Konsep yang ditawarkan Nolan adalah studi terpadu dengan dunia sebagai ruang kelas. Dia berkata bahwa pengajaran SMU "metode lama" terpisah dari dunia nyata. Setiap mata pelajaran terkotak-kotak dan terisolasi dalam satuan-satuan kecil, sehingga semuanya nampak demikian sempit. Padahal jika berbagai mata pelajaran dikait-kaitkan, entah itu matematika, geografi, fisika, kimia, dll, maka kita dapat memahami dunia dengan lebih baik.

Hal paling menarik dari pendapat Nolan adalah tentang kemungkinan munculnya solusi-solusi baru oleh sekolah, pada berbagai bidang kehidupan, jika proses belajar dilakukan di dunia nyata. Dengan mengubah cara mengajar menjadi lebih aplikatif, setiap siswa diajak untuk mengeksplorasi pengetahuan menjadi basis untuk menemukan jawaban atas persoalan-persoalan kehidupan dan bukan semata hanya sebuah teori yang dilupakan setelah lulus sekolah.

Kini, bahkan di tingkat perguruan tinggi di negeri kita, seringkali teori-teori yang diajarkan di ruang kelas mengangkang jauh dari dunia nyata. Mahasiswa berlomba mengejar target SKS tapi kemudian bingung saat hari pertama menyandang gelar sarjana. Mau kemana saya? Mau kerja apa saya? Jadi petani jelas tak mungkin masuk dalam daftar, meski ia seorang sarjana pertanian sekalipun. Lantas mau jadi apa?

Sebuah tanda tanya yang tak akan pernah berakhir. Akankah model "sekolah" dengan orientasi teoritis bisa menghasilkan lulusan yang mampu menghadapi kehidupan nyata dengan penuh rasa percaya diri?

Yuk, bikin sekolah alternatif!

Tentang Saya

Saya, ibu dua anak. Anak-anak saya tidak bersekolah formal. Blog ini berisi pemikiran, hasil belajar, dan beberapa pengalaman.

Jika Anda menggunakan tulisan di blog ini sebagai referensi: (1) HARAP TIDAK ASAL copy paste, (2) Selalu mencantumkan link lengkap tulisan. Dengan begitu Anda telah berperan aktif dalam menjaga dan menghargai hak intelektual seseorang.