Sekarang memang zamannya serba instan. Mau makan ayam goreng tinggal beli, mau kue lapis tinggal beli, mau minum teh manis tinggal beli, mau baju baru juga tinggal beli. Karena itulah, otot tubuh manusia nampaknya makin pemalas untuk membuat ini dan itu, karena industri telah memenuhi lebih dari separuh kebutuhan hidup tanpa kita harus bersusah payah. Modalnya hanyalah 'uang'. Dengan uang semua kebutuhan bisa terpenuhi. Jadi, kebanyakan orang akhirnya memilih untuk berpayah-payah mencari uang daripada memproduksi sendiri kebutuhan mereka.
Tapi menurut saya, hal itu adalah gerakan perubahan yang kurang membangun. Mengikuti arus kehidupan kebanyakan orang memang paling gampang karena semuanya sudah terprediksi, tapi saya percaya hal itu merupakan salah satu pemicu yang akan membuat generasi penerus kita menjadi anak-anak yang kurang produktif.
Memasak sendiri, menanam sayuran sendiri, membuat mainan sendiri, mengobati diri sendiri, membuat lem, sabun, menjahit baju, dan hal-hal semacam itu sendiri menurut saya akan bermanfaat banyak untuk membentuk kebiasaan produktif pada anak-anak. Bukan hasilnya yang penting, tapi prosesnya.
Kegiatan serba membuat sendiri yang kita lakukan bersama anak lambat laun akan membuat mereka menikmati dan menghargai proses. Semuanya mungkin menjadi agak lambat jika dibandingkan membeli atau memesan pada orang lain, tapi dari situlah anak-anak juga belajar tentang hal lain, seperti bersabar, tekun, kreatif, inovatif, dan organ motoriknya pun bergerak.
Buat orang tua yang masih konvensional, masih serba membuat sendiri, bergembiralah, karena semua itu insya Allah akan berbuah manis nantinya.
Artikel lain
Minggu, 11 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tentang Saya
Saya, ibu dua anak. Anak-anak saya tidak bersekolah formal. Blog ini berisi pemikiran, hasil belajar, dan beberapa pengalaman.
Jika Anda menggunakan tulisan di blog ini sebagai referensi: (1) HARAP TIDAK ASAL copy paste, (2) Selalu mencantumkan link lengkap tulisan. Dengan begitu Anda telah berperan aktif dalam menjaga dan menghargai hak intelektual seseorang.
Jika Anda menggunakan tulisan di blog ini sebagai referensi: (1) HARAP TIDAK ASAL copy paste, (2) Selalu mencantumkan link lengkap tulisan. Dengan begitu Anda telah berperan aktif dalam menjaga dan menghargai hak intelektual seseorang.
2 komentar:
Ass....
Posting yang bagus....Saya setuju sekali dengan argumentasi tersebut.
Kemudian, menurut saya, anak kemudian dipersilahkan untuk mengambil pilihan dari sekian kerampilan yang ada, anak diberi kebebasan untuk memilih dan menekuni satu atau beberapa saja (sedikit saja) sebagai hobinya, agar mereka bisa lebih intensif dan mendalami ketrampilah pilihan mereka, sehingga potensi (talent) mereka terasah, dengan harapan proses tersebut menuju specialisasi dan mencetak sang specialist.
Karena, manusia ditakdirkan untuk saling bekerjasama dan saling melengkapi, saling bertukar barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga terbentuklah kelompok-kelompok yang saling bergantung satu sama lain.
Terima kasih dan salam kenal Mbak! Wass...
kegiatan yang melibatkan untuk melakukan sendiri bisa menjadikan anak lebih mandiri dan kreatif
Posting Komentar