Artikel lain

Sabtu, 27 Desember 2008

Belajar tentang Awan di Halaman

Hari ini, 27 Desember 2008, pagi menjelang siang cuaca begitu cerah. Langit pun terlihat begitu biru. Di halaman samping rumah baru kami yang masih lapang ditumbuhi rumput ilalang, anak-anak asyik bermain rumah-rumahan. Bertiangkan beberapa potongan bambu yang diatapi potongan kayu tripleks bekas, Azkia dan Luqman mengamati awan yang tampak jelas bergerak di angkasa.

Memang luar biasa kawasan rumah tinggal kami sekarang ini. Banyak yang bisa kami eksplorasi dan amati, banyak bahan pelajaran faktual yang dihadiahkan alam ciptaan Tuhan ini untuk kami. Ada jangkrik gemuk-gemuk keluar dari liang karena tanahnya tergali, ada bekicot yang menempel di antara ilalang, ada capung dan kupu yang liar beterbangan, ada banyak putri malu yang bisa disentuh kapan saja untuk melihat mereka malu-malu menutup daunnya, dan yang paling menakjubkan pada hari ini adalah ketika Azkia berlari mengambil buku dari kamar untuk mencocokkan bentuk awan yang dilihatnya dengan informasi yang pernah ia baca.

Luqman seperti biasa menguntit kakaknya, yang rajin memberi info terbaru. Dan saya tahu ia juga belajar ketika kakaknya berteriak takjub, "Mama, tadi kakak lihat awan kumulus dan altostratus!".

Aduh, karena saya sibuk mengawasi para pekerja yang sedang membangun dapur, tak sempat saya ikut mengamati awan apalagi memotretnya. Tapi jauh di dalam hati, saya bersyukur dan juga takjub dengan spirit belajar putera-puteri saya yang tak surut karena kepindahan kami ke wilayah pinggiran seperti Tanjungsari ini. Bahkan awan yang gratis bisa kita lihat di atas sana pun membuat mereka tak kehilangan momentum belajar. Puji syukur hanya kepada Allah Yang Mahapemurah. Semoga kepindahan kami ke tempat baru ini memberi berkah. Amin.

Minggu, 14 Desember 2008

Belajar Sepanjang Hayat

Seminggu mertua saya menginap di rumah kami. Berhubung sebagian besar buku sudah dibawa ke Tanjung Sari, ayah dan ibu mertua saya hanya disuguhi buku-buku tentang tanaman obat untuk selingan, karena buku-buku itu-lah yang masih tertinggal di rumah kami di Bandung. Karena sudah banyak juga keluhan sakit, searching tanaman yang berkhasiat obat pun jadi menarik. Ayah mertua saya sampai mem-foto copy beberapa buku yang bersinggungan dengan penyakit beliau.

Ada satu hal yang membuat saya sangat takjub. Saat saya mematikan mesin air, saya lihat sepintas dari jendela, ibu mertua saya sedang menulis di atas secarik kertas. Bahkan mungkin bukan secarik, tapi beberapa lembar juga sudah tergeletak di atas kasur. Saya tak bertanya, karena siapa tahu beliau sedang mencatat surat penting.

Akan tetapi, ketika saya sedang mempersiapkan sarapan di dapur, ibu mertua saya melongok ke dapur dan bercerita bahwa beliau sudah mencatat beberapa tanaman dan khasiat serta resep obat dari buku, dan tinggal sedikit lagi yang belum ditulis. Subhanallah! Saya sampai geleng-geleng kepala... Saat saya lihat ke kamar, memang benar, catatan itu sudah dengan rapinya tertulis pada beberapa lembar kertas.

Tentu sangatlah tidak bijak bukan, kalau saya membiarkan seorang ibu yang begitu bersemangat untuk mendapatkan ilmu harus mencatat begitu rupa, dengan tulisan tangan pula. Akhirnya buku itu pun saya hadiahkan buat beliau. Wah! Mama mertuaku tentu saja senang.

Bagaimana dengan anak-anak muda? Masihkah menyala semangat belajar itu? Sampai kapan? Semoga sepanjang hayat, kita selalu terinspirasi dan bersemangat untuk belajar, tak peduli sudah berapapun usia kita. Amin.

Tentang Saya

Saya, ibu dua anak. Anak-anak saya tidak bersekolah formal. Blog ini berisi pemikiran, hasil belajar, dan beberapa pengalaman.

Jika Anda menggunakan tulisan di blog ini sebagai referensi: (1) HARAP TIDAK ASAL copy paste, (2) Selalu mencantumkan link lengkap tulisan. Dengan begitu Anda telah berperan aktif dalam menjaga dan menghargai hak intelektual seseorang.