Artikel lain

Rabu, 02 Januari 2008

Tahun Baru dan Fotografi

Hari pertama tahun baru saya terpaksa keluar rumah tanpa suami dan anak-anak. Langit yang mendung sejak pagi tak menyurutkan niat saya untuk melakukan pemotretan. Ya, saya memang butuh foto beberapa tanaman untuk keperluan pekerjaan. Kamera digital 6.0 mega pixel yang dipinjam dari seorang teman kemarin sore saya kalungkan di leher. Wah, benar-benar seperti fotografer amatiran.

Berbekal referensi teman, saya ditemani adik, pergi ke kawasan Wisata Bunga Cihideung-Lembang. Hujan sesekali turun rintik-rintik, tapi sesaat kemudian kembali deras. Mobil-mobil pribadi mendominasi jalanan menuju Cihideung. Padat sekali. Memang situasi ini biasa terjadi setiap liburan tahun baru tiba. Angkot yang berbaris menunggu penumpang, sedikit membuat ciut. Harus menunggunya penuh untuk bisa segera jalan. Sementara calon penumpang nampaknya tidak terlalu banyak. Tak ada yang bisa dilakukan, kecuali menunggu.

Setelah kurang lebih 30 menit termangu, angkot yang saya tumpangi penuh juga. Satu demi satu pemandangan yang menakjubkan singgah di mata. Kabut tipis lambat laun pergi diganti semburat matahari yang berhasil lolos dari halangan awan hitam. Ada harapan...

Kami turun di perkampungan penduduk. Meski tak ada satu pun yang saya kenal di kampung itu, tapi saya tak begitu cemas. Walau bagaimanapun orang Bandung itu memang ramah. Cukup bertanya, mereka pasti mau menunjukkan arah, apalagi memakai bahasa daerah.

Memang tak semua tanaman yang saya butuhkan ada di perkampungan itu. Kami memutuskan berjalan menuju ke arah pulang, berharap menemukan sisanya di perjalanan. Bunga-bunga beraneka warna memanjakan mata yang bosan dengan polusi perkotaan. Udara sangat sejuk. Kami melewati banyak penjual tanaman hias dan juga buah-buahan. Beberapa tanaman yang menarik perhatian, saya ambil juga fotonya. Tentu saja saya minta ijin pemiliknya sebelum itu. Wah, mereka begitu ramah. Sikap mereka sesejuk air hujan yang malu-malu membasahi areal wisata itu.

Tak terasa, jauh juga kami berjalan. Tapi, keindahan tempat-tempat di sepanjang jalan membuat kami tak lagi merasakan lelah. Jagung bakar panas menemani istirahat kami di sebuah trotoar. Perjalanan pun berlanjut. Pejalan kaki seperti kami harus bersaing dengan berbaris-baris kendaraan yang memadati jalan. Jalanan di sana memang sempit. Kalau tak hati-hati, kami bisa terserempet mobil-mobil mewah itu.

Setelah kurang lebih 4 atau 5 kilo kami berjalan, ada angkot kosong yang berhenti. Kami selamat dari guyuran hujan deras yang turun setelah itu. Pengalaman yang indah di tahun baru.

Setiba kami di rumah, saya memasukkan hasil foto ke komputer. Saat itulah saya benar-benar dibuat takjub untuk yang ke sekian kalinya. Subhanallah! Tekstur buah, daun, dan bunga yang berhasil diambil begitu jelas. Luar biasa indahnya ciptaan-Mu Ya Robb. Sepertinya, saya jadi cinta fotografi setelah ini.

1 komentar:

abuyahya mengatakan...

Pro banget moto nya (ato kameranya...he...he...).

mBak Maya, kalo nanti lagi jalan-jalan ke Cihideung ama si Uda dan anak-anak, mampir aja ke rumah saya. Saya tinggal di daerah situ khoq....

Looking forward to get in touch again with Mr. Al..

Tentang Saya

Saya, ibu dua anak. Anak-anak saya tidak bersekolah formal. Blog ini berisi pemikiran, hasil belajar, dan beberapa pengalaman.

Jika Anda menggunakan tulisan di blog ini sebagai referensi: (1) HARAP TIDAK ASAL copy paste, (2) Selalu mencantumkan link lengkap tulisan. Dengan begitu Anda telah berperan aktif dalam menjaga dan menghargai hak intelektual seseorang.