Pelajaran bahasa seringkali dianggap kurang bergengsi, apalagi kalau hubungannya dengan bahasa Indonesia. Anak sekolah yang tidak tahu arti penting belajar bahasa, pasti sulit untuk menemukan keasyikan saat berada di kelas bahasa, mengerjakan tugas-tugas bahasa, dan bergaul dengan guru bahasa.
Akan tetapi, sejak SD saya termasuk orang yang senang pelajaran bahasa. Mood saya tidak pernah jatuh kalau berurusan dengan pelajaran yang satu ini: baik sastranya maupun gramatikanya, entah bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris; walaupun untuk saat itu saya juga tidak tahu apa tujuan belajar bahasa.
Ketika menginjak SMA, saat saya mulai dipertemukan dengan pelajaran bahasa Asing lain selain Inggris (waktu itu kebetulan Bahasa Jepang yang saya dapat), antusiasme saya untuk belajar bahasa dengan huruf-huruf unik ini sungguh besar. Sayangnya, guru bahasa Jepang saya terlanjur pindah. Sedih juga rasanya. Tapi, karena saya sangat suka, keinginan untuk belajar bahasa ini terus berlanjut. Saya mengambil jurusan Sastra Jepang pada UMPTN tahun 1994. Namun, lagi-lagi tidak berjodoh. Saya gagal masuk PTN di jurusan Sastra Jepang. Sampai akhirnya tahun 1995 saya "terjerumus" masuk sastra Rusia yang notabene juga berhubungan dengan bahasa.
Terlepas dari perjalanan saya menyukai bahasa dan gagal menempuh studi di jurusan yang saya mau, baru kini saya menyadari arti penting mempelajarinya. Bahasa apapun itu, adalah alat untuk mengakses pengetahuan.
Perguruan Tinggi yang mengkhususkan diri dalam mengajarkan bahasa mungkin sudah cukup banyak. Akan tetapi, mengolah muatan pelajaran sehingga benar-benar "ready for used" di lapangan saat mahasiswa lulus mungkin tak banyak PT yang melakukannya. Belajar bahasa seringnya hanya murni untuk bahasa, dan bukan untuk dipergunakan dalam kehidupan. Pelajaran bahasa akhirnya menjadi satu unit studi yang masa belajarnya begitu panjang (4 tahun untuk S1- kalau lulusnya cepat), padahal sesungguhnya bisa diperpendek dengan lebih banyak mengedepankan aplikasi daripada teori.
Bahasa Asing untuk Anak Usia Dini
Anak-anak pada usia "emas" (0 - 5 tahun) akan lebih mudah menyerap pelajaran berkali-kali lipat dari orang dewasa. Oleh karena itu, memberinya stimulus dengan beragam bahasa akan sangat membantu mereka untuk belajar dari banyak sumber pengetahuan di seluruh dunia.
Kalau hingga hari ini, bahasa Asing masih dianggap cukup eksklusif, sehingga kita berpikir bahwa untuk menguasainya anak-anak harus menunggu saat kuliah tiba, sungguh hal itu bukan lagi masanya.
Anak-anak bisa mempelajari banyak bahasa sekaligus lewat cara-cara yang mengasyikan, entah VCD ataupun poster-poster bergambar. Bukan untuk membuat mereka tampak hebat dan brilian. namun semata untuk memberi mereka tools menuju ilmu pengetahuan yang tak terbilang banyaknya di berbagai belahan dunia ini.
Satu hal yang pasti, rambu-rambunya adalah tidak memaksa anak untuk belajar secara khusus pada saat mereka memang belum menyukainya.
Salam pendidikan!
Artikel lain
Rabu, 14 November 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tentang Saya
Saya, ibu dua anak. Anak-anak saya tidak bersekolah formal. Blog ini berisi pemikiran, hasil belajar, dan beberapa pengalaman.
Jika Anda menggunakan tulisan di blog ini sebagai referensi: (1) HARAP TIDAK ASAL copy paste, (2) Selalu mencantumkan link lengkap tulisan. Dengan begitu Anda telah berperan aktif dalam menjaga dan menghargai hak intelektual seseorang.
Jika Anda menggunakan tulisan di blog ini sebagai referensi: (1) HARAP TIDAK ASAL copy paste, (2) Selalu mencantumkan link lengkap tulisan. Dengan begitu Anda telah berperan aktif dalam menjaga dan menghargai hak intelektual seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar