Artikel lain

Senin, 23 Januari 2012

Peta Pikiran untuk Merangkum Pelajaran

Azkia (9 tahun) sekarang sedang belajar tentang 'Rangka dan Alat Indera Manusia' (pelajaran IPA kelas 4 SD semester 1). Awalnya begitu sulit dan moodnya juga lambat muncul saat pertama membuka pelajaran ini. Tapi, alhamdulillah, ketika diarahkan dengan sabar, akhirnya ia menemukan 'passion' dalam mempelajari hal-hal seperti ini.

Azkia sekarang belajar dengan menggunakan peta pikiran. Dia membuat rangkuman inti pelajaran dalam bentuk lingkaran-lingkaran peta yang mudah dibaca. Dan dengan inisiatifnya sendiri, setiap sub ia bagi-bagi menjadi kerangka tersendiri yang bisa ia pahami.

Berikut ini contoh catatan yang dibuatnya:




Motto yang kami tularkan sekarang pada anak-anak: "JANGAN HANYA KARENA SEBUAH PELAJARAN ITU SULIT LALU KITA BILANG ITU TIDAK PENTING. BERSUNGGUH-SUNGGUH ADALAH PINTU KEBERHASILAN, TEKUN DAN GIGIH ADALAH KUNCINYA"

Senin, 16 Januari 2012

Apa Manfaatnya Bagiku?

AMbak (Apa Manfaatnya bagiku?) Bagi anak-anak yang dibesarkan dengan iklim belajar tanpa paksaan, pertanyaan tersebut nampaknya sangat penting. Saya sebagai orang tua pun menyadari bahwa menjawab pertanyaan itu adalah "tugas" penting. Saya bercermin pada diri saya sendiri. Jika saya mengetahui bahwa sebuah perbuatan yang saya lakukan bermanfaat, biasanya akan mendongkrak semangat saya jauh lebih besar dibandingkan jika saya hanya melakukannya tanpa tujuan atau karena sebuah tugas saja.

Saya sering melihat binar-binar semangat menyala di mata anak-anak ketika kami berkumpul dan menceritakan banyak hal tentang fase-fase dan proses sebuah pelajaran berubah menjadi profesi yang penting dalam kehidupan.

Cerita-cerita semacam itu sangat efektif untuk menyuntik semangat mereka saat merasa kesulitan dengan sebuah pelajaran. Pesan moralnya: "Jangan hanya karena sebuah pelajaran itu sulit, lalu kita bilang itu tak berguna. Belajarlah terus meskipun lambat, karena ketika kita berhasil mempelajarinya, kelak hal itu akan menjadi simpanan berharga yang bisa dipergunakan ketika kita membutuhkannya."



Selasa, 03 Januari 2012

Pembelajaran Terintegrasi

Beberapa waktu terakhir, karena sebuah 'tugas', saya mempelajari sejarah beberapa ilmuwan muslim. Walaupun terasa sulit pada awalnya, namun hikmah buat saya adalah berpijarnya kembali pemikiran tentang dunia belajar.

Berdasarkan data yang saya peroleh, rata-rata para ilmuwan muslim zaman dulu menguasai berbagai bidang ilmu sekaligus, tidak dikotomis. Mereka menguasai matematika, kimia, kedokteran, dan juga ilmu tanaman, bahkan musik pada taraf faqih (mahir/ahli). Hal itu membuat saya menduga bahwa pada zaman dahulu ilmu memang tidak disekat-sekat menjadi cabang-cabang yang sempit. Setiap orang yang cinta ilmu belajar apa saja yang sekiranya diperlukan dan dianggap saling berkaitan satu sama lain.

Adapun munculnya pengelompokkan ilmu, sehingga disebut-sebutlah ilmuwan A ahli di bidang X atau ilmuwan B ahli di bidang Y, terjadi sesudahnya, oleh para akademisi, ketika memasuki era sekolah formal (baru dugaan saya, belum meneliti lebih jauh sejarahnya ^_^).

Melalui dugaan tersebut, saya makin tertarik untuk melanjutkan proses belajar yang terintegrasi. Satu bidang ilmu dengan yang lainnya ditempatkan saling berkaitan, karena memang demikianlah faktanya di dunia nyata. Secara alami kita bisa menggabungkan semuanya dalam sebuah kegiatan.

Pengetahuan yang diperoleh anak-anak biarlah nantinya dikelompokkan dalam cabang ilmu yang mana, terpenting mereka belajar dengan antusias apapun yang mereka minati. Biar saja informasi tentang cabang-cabang ilmu itu diketahui sesudahnya, dengan sendirinya. Tidaklah hal-hal semacam itu harus dijadikan pelajaran pertama seperti pada umumnya isi BAB 1 buku pelajaran sekolah. Bukankah isi lebih penting didahulukan daripada kerangka, meski kerangka juga penting pada akhirnya. ^_^.

Contoh sketsa ide pembelajaran terintegrasi adalah seperti gambar di bawah. Kalau dikembangkan terus setiap kelompoknya akan melahirkan banyak turunan gagasan yang seru. Hanya dari kegiatan memasak saja, kita bisa menyentuh beberapa cabang ilmu. Saya yakin, para pembaca bisa mengeksplorasi sendiri pengembangan gagasan berikutnya. Selamat mencoba!




Tentang Saya

Saya, ibu dua anak. Anak-anak saya tidak bersekolah formal. Blog ini berisi pemikiran, hasil belajar, dan beberapa pengalaman.

Jika Anda menggunakan tulisan di blog ini sebagai referensi: (1) HARAP TIDAK ASAL copy paste, (2) Selalu mencantumkan link lengkap tulisan. Dengan begitu Anda telah berperan aktif dalam menjaga dan menghargai hak intelektual seseorang.